Posted by rampak naong - -



Membaca media online soal LPI/Laskar Pembela Islam pamekasan yang melakukan sweeping tempat prostitusi hingga memicu bentrok dengan warga (diberitakan yang membackingi), saya tidak kaget. Di samping karena beban sejarah, kasus yang terjadi di kota Gerbang Salam ini menjadi penanda rumitnya tarik ulur formalisasi Syariah Islam yang dipolitisasi (kekuataan-kekuatan politik) di satu sisi, dan diimaginasikan serta dipertarungkan dalam medan sosial-politik oleh massa pendukungnya di sisi lain.  Inilah keunikan Pamekasan.

Pamekasan dibanding 3 kabupaten lain di Madura memang unik. Nalar keberagamaan di kota ini lebih "heroik". Ia terbentuk dalam rentang kesejarahan yang panjang. SI dulu pernah kuat di kota ini dan pengaruhnya
Membaca media online soal LPI/Laskar Pembela Islam pamekasan yang melakukan sweeping tempat prostitusi hingga memicu bentrok dengan warga (diberitakan yang membackingi), saya tidak kaget. Di samping karena beban sejarah, kasus yang terjadi di kota Gerbang Salam ini menjadi penanda rumitnya tarik ulur formalisasi Syariah Islam yang dipolitisasi (kekuataan-kekuatan politik) di satu sisi, dan diimaginasikan serta dipertarungkan dalam medan sosial-politik oleh massa pendukungnya di sisi lain.  Inilah keunikan Pamekasan.

Pamekasan dibanding 3 kabupaten lain di Madura memang unik. Nalar keberagamaan di kota ini lebih "heroik". Ia terbentuk dalam rentang kesejarahan yang panjang. SI dulu pernah kuat di kota ini dan pengaruhnya masih terasa hingga kini terutama soal memposisikan Islam sebagai ideologi, yang dalam bentuknya sekarang melahirkan perda syariah.

Menurut Kuntowidjoyo (2002), awalnya SI di Madura terbentuk di Sampang pada tahun 1913. Pendirinya adalah Mas Gondosasmito alias Haji Syadzili. Selanjutnya pada tahun yang sama dibuka Cabang SI di Pulau Sepudi, Sumenep. Di pulau ini jejaknya hingga sekarang masih terlihat, setidaknya sebagian warga masih kuat afiliasinya dengan kelompok modernis.

Di Pamekasan, SI terbentuk tahun 1914. Di Kabupaten ini cabang SI ada dua, satu berpusat di kota pemakesan sendiri, satunya di Kecamatan Duko. Tahun yang sama juga di buka Cabang SI Bangkalan.

Dulu SI Pulau sepudi pernah melakukan gerakan anti-China dengan memboikot aktivitas perdagangan mereka. Juga menyerang aspek tradisi lokal, hingga menculik pesinden dari pesta yang disponsori pemerintah Hindia Belanda. Anehnya, gerakan ini oleh Kunto dalam bukunya dianggap gerakan sosial tanpa cela, bahkan Kunto menyebut dulu tak ada kekuatan lain selain SI dalam mengkonsolidasi warga dalam melakukan gerakan sosial. Kunto tak melihat serangan SI terhadap tradisi justru mengeksklusi kelompok tradisi(onal) dan membuat polarisasi gerakan perlawanan terhadap Belanda.

Sepertinya kasus di Sepudi hampir serupa dengan kasus yang beberapa hari lalu terjadi di pamekasan. Kira-kira gambaranya kesel sama pemerintah, tapi yang diserang sipil. Tetapi poinnya, gerakan keagamaan di Pamekasan akhir-akhir ini seperti memanggul beban sejarah, mau menuntaskan agenda SI dulu dalam bentuk yang sepenuhnya tidak sama meski dalam substansi yang tidak jauh beda.

Apalagi, sisa ideologi SI diracik dengan unsur baru yang belakangan ini (di)datang(kan) dari Jakarta, hingga nalar keberagamaannya tidak saja keras dalam tataran ideologis, tapi juga dalam metodenya. Sejarah SI dulu bertemu dengan unsur baru (tetapi sebenarnya lama) yang  (di)datang(kan) itu dan menjadikan nalar keberagamaan di kota ini lebih "greng", militan, dan rada keras.

Kalau mau jujur, kata kunci dari meluasnya distribusi gerakan militan berbasis agama ke kabupaten lainnya  bersumber dari kota ini. Kasus Syi'ah di Sampang di tahun 2010/11 juga dipengaruhi model gerakan di pamekasan. Terakhir, gerakan mobilisasi 212 di kabupaten lain juga berawal dari kota ini.

Menarik dilihat bagaimana pertumbuhan gerakan militan berbasis agama di Pamekasan ke depan, lebih-lebih jelang pilkada. Saya mengamati eskalasi kelompok militan akan makin menguat ke depan.

Tulisan ini sekedar clotehan yang  miskin data dan analisis. Mohon maaf bagi yang gak berkenan

Pulau Garam l 22 Januari 2017

3 Responses so far.

Langgar Careta mengatakan...

agama lagi, agama lagi..

rampak naong mengatakan...

Gak ada habisnya ya

Langgar Careta mengatakan...

iya. dan semoga (akan) ada yang terus menggaungkan semangat keberagamaan yang tulus dan ikhlas seperti kiai. semangat kiai..